Kamis, 25 Februari 2010

A Creative Marketing Strategy for New Music Album Launching














Jika ada yang bertanya apa barometer musik Indonesia, saya akan menjawab acara pengamen di lampu merah. Lho ini serius, saya tidak sedang bercanda. Saya mempunyai hipotesis bahwa terdapat korelasi positif antara frekuensi lagu yang dinyanyikan oleh pengamen di lampu merah dengan tingkat kepopuleran lagu. Bagi saya ini sangat logis. Menurut saya pengamen di lampu merah itu pada hakikatnya adalah sedang berjualan pertunjukan nyanyi. Untuk mendapatkan apresiasi berupa uang recehan (paling gedhe ribuan) dari pendengar, mereka berusaha tampil maksimal, baik dari segi permainan alat musik atau pemilihan jenis lagu. Saya memiliki keyakinan bahwa mereka menyesuaikan lagu mereka dengan selera pasar, yaitu lagu-lagu yang sedang ngetop. Lagian mereka juga malu dong kalau sampai disebut “musisi jalanan jadul*”.

Beberapa waktu yang lalu saya sering mendengar beberapa bait lagu yang baru saya dengar yang dinyanyikan pengamen-pengamen di lampu merah. Setelah saya melototi acara lagu di televisi, baru saya tahu ternyata lagu itu adalah lagu yang sedang ngetop, yaitu lagu : “Sebelum Cahaya” nya Letto dan lagu “Munajat Cinta” nya The Rock-Ahmad Dhanni. Dari kasus ini saya tambah yakin kalau hipotesis saya benar.
Nah, dari kesimpulan itu saya jadi berpikir, kenapa tidak kita gunakan alur logika terbalik untuk membuat strategi marketing launching lagu-lagu baru. Jadi begini, produser musik melakukan kerja sama dengan para pengamen di kota-kota besar di Indonesia. Konsep perjanjian kerja sama tersebut adalah para pengamen akan menyanyikan lagu yang baru dirilis produser musik minimal berapa kali sehari dengan besaran imbalan tertentu yang disepakati. Saya yakin akumulasi biaya kompensasi bagi pengamen tersebut tidak akan sebesar biaya yang dikeluarkan jika produser musik mengiklankan lagunya di media elektronik. Kerja sama mutualisme! Produser bisa mempopulerkan lagunya dengan lebih hemat dan pengamen mendapat tambahan penghasilan. Saya yakin ini bisa menjadi satu strategi marketing kreatif untuk me-launching lagu-lagu baru. Viva industri musik Indonesia!
*) Jadul = jaman dulu, ketinggalan zaman.

Tulisan ini sebelumnya dimuat di www.indonesiasejahtera.wordpress.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar